BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pegawai sebagai sebagai sumber daya manusia yang
melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan dan administrasi pemerintah, keberadaan
dan peranannya tidak dapat dipungkiri lagi pegawai mempunyai peranan penting
dalam menentukan berhasil atau tidaknya pemerintah dalam rangka pembangunan
bangsa kita. Oleh karena itu bagi setiap pegawai di tuntunt untuk bersifat
disiplin, memiliki sikap pengabdian yang sungguh- sungguh, dan juga dituntut
untuk mempunyai semangat yang baik untuk bekerja sebaik mungkin agar
tugas-tugas yang di bebankan kepada masing-masing pegawai yang bersangkutan
dapat dilaksanakan dengan baik.
Departemen sumber daya manausia dalam suatu
perusahaan harus benar-benar cermat dan harus benar-benar teliti dala merekrut
sumber daya manusia, sehingga tidak akan terjadi penyimpangan tugas dalam
bidang- bidang tersebut, tetapi akan ada istilah the right person and
the right on the place yaitu tenaga kerja yang sesuai dengan latar
belakang pendidikan dan di tempatkan pada posisi jabatan yang memang
benar-benar sesuai dengan pendidikan dan keahliannya
Dalam pencapaian kemajuan atau tujuan perusahaan
ada hal yang harus diperhatikan yaitu kinerja karyawan, kinerja karyawan
merupakan faktor penting bagi suatu perusahaan, jadi perusahaaan harus
menggunakan secara efektif dan efisien. Masalah sumber daya manusia yang hanya
kelihatannya hanya merupakan masalah internal dari suatu organisasi
sesungguhnya mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat luas sebagai
pelayanan publik yang diukur dari kinerja karyawan dari perusahaan tersebut.
Suatu organisasi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai, dalam
mencapai tujuannya setiap organisasi dipengaruhi perilaku organisasi yang
merupakan cerminan dari perilaku, sikap, dan budaya para karyawan yang ada
didalam perusahaan.
PT. Pertamina, sebagai
salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor penyaluran
subsidi dan Bahan Bakar Minyak, telah berperan sangat penting dalam
pemasukan devisa negara sejak berdirinya pertamina. Dalam rencana perbaikan
kinerja pegawai perusahaan harus memperhatikan kebutuhan para pegawai,
diantaranya adalah terbentuknya budaya organisasi yang baik dan terkoordinasi.
Budaya organisasi adalah filosofi dasar organisasi yang memuat keyakinan,
norma- norma dan nilai bersama yang menjadi karakteristik inti tentang
bagaimana melakukan sesuatu di dalam organisasi. Melalui budaya organisasi
diharapkan setiap individu yang ada di dalam perusahaan lebih loyal dan
menghasilkan kinerja yang tinggi.
Menurut Robins (2006:10) terdapat beberapa
karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokan maka akan menjadi budaya
internal yaitu: inisiatif, toleransi, pengarahan, integritas, dukungan
manajemen, kontrol, identitas, sistem imbalan, dan pola komuniasi. Setiap
individu mempunyai sifat yang berbeda satu sama lainnya. Sifat tersebut dapat
dicirikan bagi seseorang hingga kita dapat mengetahui bagaiman sifatnya, sama
halnya dengan manusi organisasi juga mempunyai sifat-sifat tersebut kita juga
dapat mengetahui bagaimana karakter dari organisasi tersebut.
Dari ke empat faktor tersebut ada pula yang
menjadi pokok permasalahan yaitu kepedulian, karena kesadaran manajemen
terhadap peran strategis dan implementasi di instansi pemerintah masih lemah
sehingga berpengaruh terhadap kinerja karyawan itu sendiri. Pekerjaan
memerlukan kepedulian untuk menyelesaikan dengan baik, ketika karyawan
memiliki kepedulian yang kurang baik, hasil kinerjanya juga akan menurun.
Upaya yang di rencanakan pihak manajemen untuk
meningkatkan kinerja karyawan dengan memberikan kompensasi (reward) berupa
di luar dari gaji karyawan. Adapun upaya selanjutnya untuk meningkatkan kinerja
karyawan dengan mengadakan pelatihan yang dilaksanakan seperti; (1) pelatihan
profesi yaitu pelatihan yang dilaksanakan sesuai dengan bidang karyawan, (2)
kemudian pelatihan penunjang dari profesi karyawan, (3) pelatihan penjenjang
yaitu seperti pelatihan untuk promosi jabatan untuk memberikan motivasi lebih
bagi karyawan.
Masalah yang sering terjadi dalam organisasi
adalah disiplin, hal ini sejalan dengan yang terjadi dengan perilaku seseorang
di setiap bagian di dalam organisasi tersebut. Salah satu syarat agar disiplin
dapat di tumbuhkan dalam lingkungan kerja ialah, adanya pembagian kerja yang
tuntas sampai kepada pegawai atau petugas yang paling bawah, sehingga setiap
orang tahu dengan sadar apa tugasnya, bagaimana melakukannya, pekerjaan dimulai
dan kapan selesai, seperti apa hasil pekerjaan itu.
Melihat pentingnya budaya organisasi yang baik
dan disiplin kerja maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana budaya
organisasi dan disiplin kerja dapat mempengaruhi kinerja karyawan di
PT.Pertamina Medan ke dalam sebuah penelitian yang berjudul “ Pengaruh
Budaya Organisasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.
Pertamina Medan”.
1.2. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap
kinerja karyawan di PT. Pertamina Medan
b. Bagaimana pengaruh disiplin kerja terhadap
kinerja karyawan di PT.Pertamina Medan
c. Bagaimana pengaruh budaya organisasi dan
disiplin kerja terhadap kinerja karyawan di PT.Pertamina Medan.
1.3. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang dapat
mempengaruhi bidang masalah penelitian ini, maka penulis membatasi masalah pada
budaya organisasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan karyawan di PT.
Pertamina Medan.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka
penulis menetukan rumusan malah dari penelitian di atas sebagai berikut:
a. Adakah pengaruh budaya organisasi terhadap
kinerja karyawan di PT. Pertamina Medan?
b. Adakah pengaruh disiplin terhadap kinerja karyawan di PT.Pertamina
Medan?
c. Adakah pengaruh budaya organisasi dan disiplin
kerja secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina Medan?
1.5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian
ini bertuijuan untuk:
a. Untuk menambah pengetahuan peneliti dalam
menggali data dan informas mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja
karyawan di PT. Pertamina Medan.
b. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman yang dapat digeneralisir
pada berbagai wilayah kajian yang dapat diterapkan dalam pemanfaatan dan
penerapan ilmu baru bagi setiap pembaca.
c. Untuk mengetahui pengaruh budaya
organisasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini
adalah sebagi berikut:
a. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan peneliti
b. Dapat memberikan gambaran dan informasi yang berguna bagi
perusahaan dalam melakukan budaya organisasi dan disiplin yang berkaitan dengan
kinerja karyawan pada PT. Pertamina Medan
c. Dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan
literatur perpustakaan Universitas Darma Agung di bidang penelitian.
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1. Budaya organisasi
2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi
Budaya mempunyai
pengaruh yang sangat besar bagi suatu organisasi. Perusahaan atau organisasi
harus selalu memperhatikan dengan bijaksana agar lingkungan kerja karyawan selalu
baik. Seperti halnya rekan kerja, pemimpin, sasaran kerja dan lainnya. Menurut
Susanto (2015:3) menyatakan “budaya organisasi merupakan suatu nilai-nilai yang
menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan
usaha penyesuaian integritas dalam ke perusahaan harus memahami nilai-nilai
yang ada dan bagaimana mereka harus berprilaku dan bertindak.
Budaya memberikan ciri
khas suatu identitas bagi perusahaan mau[pun karyawannya. Menurut Wirawan
(2007:14) Budaya biasanya sangat stabil sepanjang waktu jika hal ini tidak
terjadi maka dapat menyebabkan keadaan yang tidak stabil, namun budaya juga
tidak pernah statis.
Adapun defenisi lainnya
yang menyatakan sebagai makna dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Robinss
(2007:721) mengemukakan “ Budaya organisasi juga mengacu ke suatu sistem makna
bersama yang dianut oleh anggota- anggota yang membedakan satu sama lainnya”.
Berdasarkan uraian
diatas maka budaya organisasi sebagai pemikiran dan kemudian dilaksanakan
dengan menerapkan setiap budaya yang telah di tetapkan. Budaya dapat juga
diartikan sebagai sekumpulan nilai, keyakinan, pemahaman, dan norma pokok yang
dibagi bersama oleh anggota dalam suatu organisasi. Konsep budaya membantu
manajer dalam memahami aspek yang komleks dan tersembunyi dari kehidupan
organisasi. Budaya merupaka pola nilai dan asumsi bersama mengenai
bagaimana suatu hal dapat dalam suatu organisasi.
2.1.2 Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Kreitner dan
Kinicki (2015:13) mengemukakan empat budaya organisasi yaitu:
a) Memberikan identitas
organisasi kepada karyawan
b) Memudahkan komitment
kolektif
c) Mempromosikan stabilitas
sistem sosial
d) Membentuk prilaku dengan
membantu manajer merasakan keberadaannya.
Dari sisi
fungsi, budaya organisasi mempunyai beberapa fungsi. Pertama, budaya mempunyai
suatu peranan pembeda. Hai ini bahwa budaya kerja menciptakan pembeda yang
jelas antara organisasi satu dengan yang lain. Kedua, budaya organisasi membawa
suatu identitas bagi anggota organisasi. Ketiga budaya organisasi mudah timbul
pertumbuhan komitmen pada suatu yang lebih luas daripada kepentingan pribadi.
Keempat, budaya organisasi itu meningkatkan kemantapan suatu sistem soaial
menurut Robbins (2010:10)
Susanto (2015:14) menyatakan fungsi budaya organisasi sebagai
berikut:
a. Berperan dalam
pelaksanaan tugas bidang Sumber Daya Manusia (MSD)
b. Merupakan acuan dalam
menyusun perencanaan perusahaan meliputi pemasaran, penentuan position perusahaan
yang akan dikuasai.
Dengan demikian, fungsi budaya
kerja adalah sebagai perekat sosial dalam mempersatukan tujuan organisasi
berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukuan
oleh karyawan. Hal ini dap[at berfungsi pula sebagai kontrol atas perilaku para
karyawan.
2.1.3 Karakteristik Budaya Organisasi
Disetiap karakteristik
pada satu kesatuan dari rendah ke tinggi. Maka berdasarkan tujuh karakteristik
tersebut, akan diperoleh gambaran besar dari budaya organisasi itu, dengan
demikian gambaran ini menjadi dasar untuk pemhaman bersama yang dimiliki para
anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikannya, dan cara
para anggota berprilaku yang diharapkan.
Robbins (2006:10)
menyatakan ada sepuluh karakteristik, yang apabila dicampur atau dicocokkan,
akan menjadi budaya organisasi, yaitu:
1. Inisitif Individual
Yang diamksud adalah tinggkat tanggung jawab,
kebebasan atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan
pendapat. Hal ini perlu dihargai oleh kelompok atau pemimpin suatu organisasi
sepanjang menyakut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi
/perusahaan.
2. Teleransi Terhadap
Tindaka Beresiko
Dalam budaya
organosasi perlu ditekankan, sejauhmana para karyawan dianjurkan untuk dapat
bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko. Suatu budaya organisasi bisa
dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada karyawan untuk dapat
bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan perusahaan serta berani
mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.
3. Pengarahan
Adalah sejauh mana organisasi/ perusahaan dapat
menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan, sasaran dan
harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi.
4. Integritas
Integritas dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi
dapat mendorong unit-unit untuk bekerja dengan cara yang
terkoordinasi.Kekompakan unit-unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong
kualitas dan kuantitas yang dihasilkan.
5. Dukungan Manajemen
Hal ini dimaksudkan sujauh mana para manajer dapat
memberikan komunikas atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap
bawahan. Karena perhatian manajemen pada karyawan sangat membantu kelancaran
kinerja suatu organisasi.
6. Kontrol
Maksudnya adalah peraturan-peraturan dan
norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi. Untuk itu diperlukan sejumlah
peraturan dan pengawas yang dapat digunakan untuk mengendalikan dan mengawasi
karyawan.
7. Identitas
Identitas yang diamksud sejauh mana para
karyawan suatu organisasi perusahaan dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai
suatu kesatuan di dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu
keahlian profesional tertentu.
8. Sistem Imbalan
Adalah sejauh mana alokasi imbalan (seperti
kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai,
bukan sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih dan sebagainya.
9. Toleransi Terhadap
Konflik
Sejauh mana pegawaimmendorong mutu mengemukakan
konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang
sering terjadi dalam organisasi/ perusahaan.
10. Pola Komunikasi
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki
kewenangan yang formal. Kadang-kadang hirarki kewenanagan dapat menghambat
terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu
sendiri.
2.1.4 Tingkat Budaya Organisasi
Budaya yang
bertujuan untuk melihat nilai-nilai yang dianut bersama-sama oleh setiap
orang dalam kesempatan dan kecenderungan bertahan sepanjang waktu walaupun
telah terjadi perubahan pada anggotanya untuk tetap menjaga ciri has dari
perusahaan tersebut. Tingkat yang lebih terikat mencoba menggambarkan pada pola
atau gaya perilaku suatu organisasi sehingga para karyawan secara
otomatis terdorong untuk mengikuti perilaku sejawatnya atau dengan kata lain
terdapatnya tindakan melakukan percontohan dari rekan sejawatnya.
Menurut Schein
(2008:131) bahwa budaya diungkapkan menjadi tiga tingkatan yaitu:
a. Artefak
Pada tingkat ini budaya
bersifat kasat mata tetapi sering kali tidak dapat diartikan, misalnya
lingkungan fisik organisasi, teknologi dan berpakain. Analisis tingkat ini
cukup rumit karena mudah diperoleh tetapi sulit ditafsirkan.
b. Nilai
Pada tingkat ini memiliki tingkat kesadaran yang
lebih tinggi daripada artefak. Nilai ini sulit diamati secara langsung sehingga
untuk menyimpulkannya seringkali diperlukan wawancara dengan anggota
organisasiyang mempunyai posisi fungsi atau menganalisis kandungan artefak
seperti dokumen.
c. Asumsi Dasar
Pada tingkatan ini merupakan bagian yang sangat
penting dari budaya organisasi, dimana budaya diterima begitu saja tidak dapat
dilihat secara mata telanjang (invbisible) dan tidak disadari. Asumsi
merupakan reaksi yang bermula sebagai nilai-nilai yang didukung.
2.1.5 Indikator Budaya Organisasi
Sedangkan Wirawan
(2007:129) menggambarkan bahwa pada dimensi budaya organisasi terdapat
indikator budaya organisasi sebagai berikut:
a.
Pelaksanaan nilai-nilai
Pedoman atau kepercayaan yang digunakan oleh
seseorang atau organisasi untuk bersikap jika berhadapan dengan situasi yang
harus membuat pilihan dalam mencapai tujuan organisasi.
b. Peraturan perilaku yang
menentukan respon karyawan mengenai apa yang dianggap tepat atau tidak tepat
dalam situasi tertentu.
c. Kepercayaan dan filsafat
Kepercayaan memberikan dasar nilai proses
perencanaan dan evaluasi pelaksanaan rencana organisasi. Filsafat merupakan
pendapat organisasi mengenai hakikat atau asensi sesuatu keuntungan,
lingkungan, atau pelanggan.
d. Pelaksanaan kode etik
Pernyataan formal atau tertulis nilai-nilai,
kepercayaan dan filsafat organisasi, apa yang diharapkan, dihindari serta boleh
atau dilarang untuk dilakukan anggota organisasi.
e.
Pelaksanaan seremoni
Aktivitas yang direncanakan, terperinci yang
mengonsolidasi berbagai bentuk budaya untuk meningkatkan dan memperkuat
nilai-nilai perusahaan.
f. Sejarah Organisasi
Formulasi perkembangan organisasi yang di
ingatkan dan di informasikan kepada seluruh anggota organisasi.
2.2 Disiplin Kerja
2.2.1 Defenisi Disiplin Kerja
Penegrtian disiplin
dapat diasumsikan sebagai suatu tatacara yang baik sebagai panutan karyawan
dalam bekerja. Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang
berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan
tabiat. Jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak
terhadap pekerjaan. Faktor kedisiplinan memegang peranan yang penting dalam
pelaksanaan kerja pegawai. Seseorang pegawai yang mempunyai tingkat
kedisiplinan yang tini akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi
oleh atasan. Seseorang pegawai yang disiplin tidak akan mencuri waktu kerja
untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan.
Demikian juga pegawai
yang mempunyai kedisiplinan akan menaati peraturan yang ada dalam lingkungan
kerja dengan kesadaran yang tinggi tanpa ada rasa paksaan. Pada akhirnya
pegawai yang mempunyai kedisiplinan kerja yang tinggi akan memepunyai kinerja
yang baik karena waktu kerja dimanfaatkannya sebaik mungkin untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.Dalam kehidupan
sehari-hari, dimana pun manusia berada, dibutuhkan peraturan-peraturan dan
ketentuan-ketentuan untuk mengatur dan membatasi setiap kegiatan dan
perilakunya. Agar setiap individu dapat menciptakan ketertipan dan bebas dari
segala kekacauan. Maka dari itu diperlukan adanya disiplin dalam sebuah
perusahaan agar tujuan dari perusahaan tersebut dapat tercapai.
Menurut Hasibuan
(2008:193) “ Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati
semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku”.
Menurut Mangkunegara
(2013:129) “Disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk
memperteguh pedoman-pedoman organisasi”.
Menurut Sutrisno
(2009:89) menyimpulkan bahwa disiplin karyawan adalah perilaku seseorang yang
sesuai dengan peraturan, prosedur kerja yang ada atau disiplin adalah sikap,
tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik
tertulis maupun tidak tertulis.
Sedangkan menurut
Simamora (2016:610) menyatakan bahwa:” Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi
atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin
merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan
menunjukan tinggkat kesungguhan tim kerja di dalamsuatu organisasi”.
Dari beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap dan perbuatan
dalam menaati semua pedoman dan peraturan yang telah ditentukan untuk
tercapainya. Dengan kata lain, disiplin adalah suatu bentuk pelatihan karyawan
yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan sikap dan perilku karyawan
sehingga perilaku karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja keras
secara kooperatif dengan karyawan lainnya, serta meningkatkan prestasi
kerjanya.
2.2.2 Jenis-jenis Disiplin Kerja
Disiplin merupakan
tindakan para manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi
tuntutan berbagai ketentuan tersebut.
Asmirasih menyatakan bahwa disiplin mempunyai 3 macam
bentuk,yaitu:
1. Disiplin Prefentif
Disiplin prefentif adalah tindakan SDM agar terdorong untuk
menaati standar atau perturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong SDEM agar
memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu
berat dengan pengawasan atau pemaksaan, yang dapat memetikan prakarsa atau
kreatifitas atau partisipasi SDM.
2. Disiplin korektif
mMerupakan sebuah tindakan yang dilakukan setelah terjadi
pelanggaran standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah
timbulnya pelanggaran lebih lanjut. Tindakan itu biasanya berupa hubungan
tertentu yang biasa disebut sebagai disipliner, antara lain beberapa
peringatan, skors, dan pemecatan.
3. Disiplin Progresif
Merupakan tindakan disipliner yang berulang kali berupa hukuman
yang makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa memperbaiki diri
sebelum hukuman berat dijatuhkan.
2.2.3 Memgatur dan mengelola disiplin
kerja
Setiap manajer harus dapat
memastikan bahwa karyawan tertib dalam tugas. Dalam konteks disiplin. Jika
karyawan menghadapi tantangan tindakan disipliner, pemberi kerja harus dapat
membuktikan bahwa karyawan yang terlihat dalam kelakuan yang tidak patut di
hukum.
Untuk mengelola disiplin
diperlukan standar disiplin yang digunakan untuk menemukan bahwa karyawan telah
diperlakukan secara wajar yaitu:
1. Standar disiplin
Beberapa standar disiplin berlaku bagi semua pelanggaran aturan apakah besar
atau kecil. Semua kegiatan disipliner perlu mengikuti prosedur minimum; aturan
komunikasi dan atturan capaian. Para manajer perlu mengumpulkan sejumlah bukti
untuk membenarkan disiplin. Bukti ini harus secara benar-benar didokumentasikan
sehingga tidak bisa untuk diperdebatkan. Sebagai suatu model bagaimana sebuah
disipliner harus di atur adalah:
a. Apabila seorang karyawan
melakukan suatu kesalahan, maka karyawan harus konsekuen terhadap aturan
pelanggan
b. Apabila tidak dilakukan
secara konsekuen berarti karyawan tersebut melecehkan peraturan yang telah ditetapkan.
c. Kedua hal diatas akan
berakibat pemutusan hubungan kerja dan karyawan harus menerima
hukuman tersebut.
2. Penegakan standar
disiplin
Jika pencatatan tidak adil menurut undang-undang atau pengecualian ketenaga
kerjaan sesuka hati. Untuk itu pengadilan memerlukan bukti dan pemberi kerja
untuk membuktikan sebelum karyawan ditindak.
Dari hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin
merupakan bentuk pengadilan diri karyawan, sebagai pelaksanaan yang teratur dan
menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja, di dalam sebuah organisasi dimana
tindakan disipliner.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Disiplin Kerja
Menurut
Sutrisno(2009:89) faktor yang mempengaruhi disiplin pegawai adalah:
1. Besar kecilnya pemberian
kompensasi
2. Ada tidaknya keteladanan
pimpinan dalam perusahaan
3. Ada tidaknya aturan
pasti yang dapat dijadikan pegangan
4. Keberanian pimpinan
dalam mengambil tindakan
5. Ada tidaknya pengawasan
pimpinan
6. Ada tidaknya perhatian
kepada karyawan
7. Diciptakan
kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.
2.2.5 Hubungan Antara Budaya Organisasi
dengan Disiplin Kerja
Seluruh sumber daya
manusia yang ada di perusahaan harus dapat memahami dengan benar mengenai
budaya organisasi dan disiplin kerja yang ada. Pemahaman ini sangat berkaitan
dengan setiap gerak langkah dari kegiatan yang dilakukan, baik perencanaan yang
bersifat strategis atau taktikal, maupun kegiatan dari implementasi perencanaan
dimana setiap kegiatan trsebut harus berdasarkan pada budaya organisasi dan
disiplin kerja yang berlaku.
Susanto (2010:24-25) “
budaya organisasi juga didefenisikan sebagai suatu nilai-nilai yang menjadi
pedomanan sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha
penyesuaian integritas ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota
harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak dan
bertingkah laku”. Jelas dikatakan oleh Susanto bahwa nilai-nilai dari budaya
organisasi dan bertingkah laku sesuai dengan asas yang telah ditetapkan oleh
perusahaan saling berkaitan, bertingkah laku dalam arti seprti mematuhi
peraturan dan kesadaran dalam menghadapi masalah dalam melaksanakan tugas yang telah
di pertanggung jawabkan kepada karyawan.
3. 1.1 PengertianProduktivitas
Tjutju Yuniarsih (2009:156) mengemukakan bahwa produktivitas kerja
dapat diartikan sebagai hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu
atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Dalam hal
ini, semakin tinggi produk yang dihasilkan dalam waktu yang semakin singkat
dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitasnya mempunyai nilai yang tinggi
begitupun sebaliknya.
Nawawi dalam Tjutju Yuniarsih (2009:157) mengemukakan bahwa
produktivitas kerja merupakan perbandingan antara hasil yang diperoleh (output)
dengan jumlah sumber daya yang dipergunakan sebagai masukan (input).
Adapun Nanang Fattah dalam Tjutju Yuniarsih (2009:157) menyimpulkan
bahwa dalam konsep produktivitas berkembang dari pengertian teknis sampai
kepada pengertian perilaku. Produktivitas dalam arti teknis mengacu pada
derajat keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan berbagai sumber daya,
sedangkan dalam pengertian perilaku, produktivitas merupakan sikap mental yang
senantiasa berusaha untuk terusber kembang.
Dengan demikian, secara umum produktivitas dapat dimaknai sebagai
nilai output dalam interaksi dan interelasinya dengan kesatuan
nilai-nilai input. Produktivitas kerja karyawan biasanya dinyatakan sebagai
imbangan hasil rata-rata yang dicapai oleh tenaga kerja, selama jam kerja yang
tersedia dalam proses produksi. Sehubungan dengan hal tersebut, konsep produktivitas
pada dasarnya mencakup sikap mental dan perilaku yang berorientasi pada perbaikan
berkelanjutan (continuous improvement), dan mempunyai pandangan bahwa kinerja
hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan kinerja hari esok mesti lebih baik
dari prestasi hari ini.
Produktivitas dapat diukur dengan dua standar utama, yaitu produktivitas
fisik dan produktivitas nilai. Produktivitas fisik diukur dari aspek kuantitas dan
kualitas produk yang dihasilkan, sedangkan produktivitas nilai diukur atas dasar
nilai-nilai kemampuan, sikap, perilaku, disiplin, motivasi, dan komitmen terhadap
pekerjaan. Oleh karena itu mengukur tingkat produktivitas tidaklah mudah,
disamping banyaknya variabel yang harusdiukur, jugaalatukur yang digunakannya sangat
bervariasi.
3.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Tjutju Yuniarsi (2009:159) mengelompokkan faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas dalam dua kelompok yaitu :
a. Faktor Internal
1.
Komitmen kuat terhadap visi dan
misi institusional
2.
Struktur dan desain pekerjaan
3.
Motivasi, disiplin, dan etos
kerja yang mendukung ketercapaian target
4.
Dukungan sumber daya yang bias
digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas
5.
Kebijakan perusahaan yang bias
merangsang kreativitas dan inovasi
6.
Perlakuan yang menyenangkan
yang bias diberikan oleh pimpinan dan / ataurekankerja
7.
Praktik manajemen yang
diterapkan oleh pimpinan
8.
Lingkungan kerja yang
ergonomis
9.
Kesesuaian antara tugas yang
diemban dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, minat, keahlian, dan keterampilan
yang dikuasai
10. Komunikasi inter dan antar individu dalam membangun kerja sama
b. Faktor Eksternal
1.
Peraturan perundangan,
kebijakan pemerintah, dan situasipolitis
2.
Kemitraan (networking)
yang dikembangkan
3.
Kultur dan mindset lingkungan
di sekitar organisasi
4.
Dukungan masyarakat dan stakeholders
secara keseluruhan
5.
Tingkat persaingan
6.
Dampak globalisasi
PRODUKTIVITAS
a.Efektivitas
b.Efisiensi
c.Inovasi
A.INDIVIDU
1.Komitmen
2.Loyalitas
3.Minat, motivasi, etoskerja
4.Disiplin
5.LatarBelakang
6.Keterampilan, kemampuan
7.Kepribadian (personality)
3.1.3 Pengukuran Produktivitas
Produktivitas dapat diukur dengan dua standar utama, yaitu produktivitas
fisik dan produktivitas nilai. Secara fisik produktivitas diukur secara kuantitatif
seperti banyaknya keluaran (panjang, berat, lamanya waktu, danjumlah). Sedangkan
berdasarkan nilai, produktivitas diukur atas dasar nilai-nilai kemampuan,
sikap, perilaku, disiplin, motivasi dan komitmen terhadap pekerjaan / tugas.
Pengukuran produktivitas merupakan suatu proses yang sangat penting
karena akan menjadi landasan dalam membuat kebijakan perbaikan produktivitas secara
keseluruhan dalam proses manajemen. Menurut Gasperesz dalam Tjutju Yuniarsih
(2009:163) ada beberapa kondisi prasyarat dalam pengukuran produktivitas antara
lain :
1. Pengukuran harus dimulai pada permulaan program perbaikan produktivitas.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan produktivitas serta peluang untuk memperbaikinya.
2. Pengukuran produktivitas
dilakukan pada sistem industry secara keseluruhan.
3. Pengukuran produktivitas seharusnya melibatkan semua individu
yang terlibat dalam proses industri. Dengan demikian pengukuran produktivitas bersifat
partisipatif.
4. Pengukuran produktivitas
seharusnya dapat memunculkan data. Data itu nantinya dapat ditunjukkan atau ditampilkan
dalam bentuk peta-peta, diagram-diagram, tabel-tabel perhitungan statistik.
Setiap organisasi apapun bentuknya, perlu mengatahui tingkat produktivitas
pegawai /karyawannya. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengukur tingkat perbaikan
produktivitas kerja pegawainya dari waktu kewaktu dengan cara membandingkannya dengan
produktivitas standar yang telah ditetapkan oleh pimpinan. Gasperesz dalam Tjutju
Yuniarsi (2009:164) mengemukakan ada beberapa manfaat dalam pengukuran produktivitas
dalam suatu organisasi yang antara lain :
a. Organisasi dapat menilai efisiensi konversi penggunaan sumber daya,
agar dapat meningkatkan produktivitas.
b. Perencanaan sumber day akan
menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan
jangka panjang maupun jangka pendek.
c. Tujuan ekonomis dan non ekonomis organisasi dapat diorganisasikan
kembali dengan cara memberikan prioritas yang tepat, dipandang dari sudut produktivitas.
d. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat
dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkatp roduktivitas sekarang.
e. Strategi untuk meningkatkan produktivitas organisasi dapat ditetapkan
berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang
ada di antaratingkatproduktivitas yang diukur (actual productivity).
Dalam hal ini tingkat produktivitas akan memberikanin formasi dalam mengidentifikasi
masalah atau perubahan yang terjadi sebelum tindakan korektif diambil.
f. Pengukuran produktivitas menjadi
informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas antar organisasi
yang sejenis, serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas organisasi pada
skala nasional atau global.
g. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran
dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan organisasi.
h. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif
berupa upaya peningkatan produktivitas secara terus menerus.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan di Pengaruh Budaya Organisasi Dan Mutasi Terhadap Kerja
Pegawai Pada Kantor Gubernur Provisi Sumatera Utara Bagian Biro Umum Dan Tusip. Waktu
penelitian ini dimulai dari bulan Mei sampai September 2017.
3.1.1
Populasi dan Sampel Penelitian
a.
Populasi
Sugiyono (2012:115) “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek dan subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pegawai pada Pengaruh Budaya Organisasi Dan Disiplin Terhadap Kerja Pegawai Pada
Kantor Gubernur Provisi Sumatera Utara Bagian Biro Umum Dan Tusip.Yang
Berjumlah 22 Orang.
b.
Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki olleh
populasi tersebut” (Sugiyono, 2012:116). Jumlah sampel dalam penelitian ini
dihitung dengan banyaknya pegawai Pengaruh
Budaya Organisasi Dan Disiplin Terhadap Kerja Pegawai Pada Kantor
Gubernur Provisi Sumatera Utara Bagian Biro Umum Dan Tusip, yang berjumlah 22 orang. Teknik pengambilan sampel
adalah dengan menggunakan metode sensus. Yaitu seluruh populasi dijadikan
sample.
3.2 Definisi
Operasional dan Variabel
3.2.1 Defenisi
Operasional
Defenisi operasional yang digunakan dalam penelitian kemudian di uraikan
menjadi indikator empiris yang meliputi:
1.
produktivitas kerja pegawai (Y) adalah hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Indikator
kinerja karyawan yaitu:
a. Kualitas
b. Kuantitas
c. Efektifitas
2. Budaya organisasi (X1) adalah
suatu kekuatan sosial yang mengikat anggota organisasi secara bersama-sama
untuk mencapai hasil yang lebih baik bagi perusahaan dengan cara mengikuti
indikator-indikator dengan baik. Indikator pada budaya organisasi yaitu
a. Pelaksanaan
nilai-nilai
c. Pelaksanaan kode-
etik
d. Pelaksanaan seremoni
e. Sejarah organisasi
3. Disiplin kerja (X2) adalah keadaan
dimana seseorang individu melakukan kegiatan sesuai aturan yang ditetapkan oleh
perusahaan serta melakukan dengan efektif dan efisien dalam melaksanakan pekerjaan
sehari-hari.
Indikator disiplin kerja yaitu:
a. Kehadiran
b. Tata cara kerja
c. Ketaatan pada atasan
d. Kesadaran bekerja
e. Tanggung jawab
3.2.2 Variabel Peneliti
Variabel bebas (eksogen)
dalam peneliti ini adalah:
X1 =Budaya Organisasi
X2 =Disiplin Kerja
Variabel terikat (endogen) dalam penelitian ini adalah:
Y = produktivitas kerja pegawai
3.3 Jenis dan Sumber
data
a. Jenis Data
Jenis data penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menguraikan atau menggambarkan tentang sifat-sifat
(karakteristik) dari suatu keadaan atau objek penelitian, yang dilakukan
melalui pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta pengujian statistik.
b. Sumber Data
Adapun sumber data yang
diperoleh untuk penilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer yaitu data
yang langsung diperoleh dari daftar pertanyaan (questionare) yang
disebarkan kepada responden dan wawancara kepada karyawan perusahaan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data
yang mendukung data primer yang diperoleh melalui studi dokumentasi dan dengan
cara membaca buku-buku literture, makalh dan jurnal-jurnal yang
berhubungan dengan masalah yang ada diatas.
3.4 Metode Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a.
Observasi
Pengamatan secara langsung terhadap Kantor Gubernur Provinsi Sumatera
Utara Medan
b.
Studi pustaka
Merupakan
metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku, jurnal-jurnal,
referensi yang berkaitan dengan penelitian dan penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.
c.
Angket/ Kuesioner
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang
bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Angket dam
kuesioner dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup.
Skor jawaban kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah:
Skala
Linkert
Tabel 3.5
URAIAN TEORITIS
2.1. Budaya organisasi
2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi
Budaya mempunyai
pengaruh yang sangat besar bagi suatu organisasi. Perusahaan atau organisasi
harus selalu memperhatikan dengan bijaksana agar lingkungan kerja karyawan selalu
baik. Seperti halnya rekan kerja, pemimpin, sasaran kerja dan lainnya. Menurut
Susanto (2015:3) menyatakan “budaya organisasi merupakan suatu nilai-nilai yang
menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan
usaha penyesuaian integritas dalam ke perusahaan harus memahami nilai-nilai
yang ada dan bagaimana mereka harus berprilaku dan bertindak.
Budaya memberikan ciri
khas suatu identitas bagi perusahaan mau[pun karyawannya. Menurut Wirawan
(2007:14) Budaya biasanya sangat stabil sepanjang waktu jika hal ini tidak
terjadi maka dapat menyebabkan keadaan yang tidak stabil, namun budaya juga
tidak pernah statis.
Adapun defenisi lainnya
yang menyatakan sebagai makna dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Robinss
(2007:721) mengemukakan “ Budaya organisasi juga mengacu ke suatu sistem makna
bersama yang dianut oleh anggota- anggota yang membedakan satu sama lainnya”.
Berdasarkan uraian
diatas maka budaya organisasi sebagai pemikiran dan kemudian dilaksanakan
dengan menerapkan setiap budaya yang telah di tetapkan. Budaya dapat juga
diartikan sebagai sekumpulan nilai, keyakinan, pemahaman, dan norma pokok yang
dibagi bersama oleh anggota dalam suatu organisasi. Konsep budaya membantu
manajer dalam memahami aspek yang komleks dan tersembunyi dari kehidupan
organisasi. Budaya merupaka pola nilai dan asumsi bersama mengenai
bagaimana suatu hal dapat dalam suatu organisasi.
2.1.2 Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Kreitner dan
Kinicki (2015:13) mengemukakan empat budaya organisasi yaitu:
a) Memberikan identitas
organisasi kepada karyawan
b) Memudahkan komitment
kolektif
c) Mempromosikan stabilitas
sistem sosial
d) Membentuk prilaku dengan
membantu manajer merasakan keberadaannya.
Dari sisi
fungsi, budaya organisasi mempunyai beberapa fungsi. Pertama, budaya mempunyai
suatu peranan pembeda. Hai ini bahwa budaya kerja menciptakan pembeda yang
jelas antara organisasi satu dengan yang lain. Kedua, budaya organisasi membawa
suatu identitas bagi anggota organisasi. Ketiga budaya organisasi mudah timbul
pertumbuhan komitmen pada suatu yang lebih luas daripada kepentingan pribadi.
Keempat, budaya organisasi itu meningkatkan kemantapan suatu sistem soaial
menurut Robbins (2010:10)
Susanto (2015:14) menyatakan fungsi budaya organisasi sebagai
berikut:
a. Berperan dalam
pelaksanaan tugas bidang Sumber Daya Manusia (MSD)
b. Merupakan acuan dalam
menyusun perencanaan perusahaan meliputi pemasaran, penentuan position perusahaan
yang akan dikuasai.
Dengan demikian, fungsi budaya
kerja adalah sebagai perekat sosial dalam mempersatukan tujuan organisasi
berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukuan
oleh karyawan. Hal ini dap[at berfungsi pula sebagai kontrol atas perilaku para
karyawan.
2.1.3 Karakteristik Budaya Organisasi
Disetiap karakteristik
pada satu kesatuan dari rendah ke tinggi. Maka berdasarkan tujuh karakteristik
tersebut, akan diperoleh gambaran besar dari budaya organisasi itu, dengan
demikian gambaran ini menjadi dasar untuk pemhaman bersama yang dimiliki para
anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikannya, dan cara
para anggota berprilaku yang diharapkan.
Robbins (2006:10)
menyatakan ada sepuluh karakteristik, yang apabila dicampur atau dicocokkan,
akan menjadi budaya organisasi, yaitu:
1. Inisitif Individual
Yang diamksud adalah tinggkat tanggung jawab,
kebebasan atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan
pendapat. Hal ini perlu dihargai oleh kelompok atau pemimpin suatu organisasi
sepanjang menyakut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi
/perusahaan.
2. Teleransi Terhadap
Tindaka Beresiko
Dalam budaya
organosasi perlu ditekankan, sejauhmana para karyawan dianjurkan untuk dapat
bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko. Suatu budaya organisasi bisa
dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada karyawan untuk dapat
bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan perusahaan serta berani
mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.
3. Pengarahan
Adalah sejauh mana organisasi/ perusahaan dapat
menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan, sasaran dan
harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi.
4. Integritas
Integritas dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi
dapat mendorong unit-unit untuk bekerja dengan cara yang
terkoordinasi.Kekompakan unit-unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong
kualitas dan kuantitas yang dihasilkan.
5. Dukungan Manajemen
Hal ini dimaksudkan sujauh mana para manajer dapat
memberikan komunikas atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap
bawahan. Karena perhatian manajemen pada karyawan sangat membantu kelancaran
kinerja suatu organisasi.
6. Kontrol
Maksudnya adalah peraturan-peraturan dan
norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi. Untuk itu diperlukan sejumlah
peraturan dan pengawas yang dapat digunakan untuk mengendalikan dan mengawasi
karyawan.
7. Identitas
Identitas yang diamksud sejauh mana para
karyawan suatu organisasi perusahaan dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai
suatu kesatuan di dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu
keahlian profesional tertentu.
8. Sistem Imbalan
Adalah sejauh mana alokasi imbalan (seperti
kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai,
bukan sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih dan sebagainya.
9. Toleransi Terhadap
Konflik
Sejauh mana pegawaimmendorong mutu mengemukakan
konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang
sering terjadi dalam organisasi/ perusahaan.
10. Pola Komunikasi
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki
kewenangan yang formal. Kadang-kadang hirarki kewenanagan dapat menghambat
terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu
sendiri.
2.1.4 Tingkat Budaya Organisasi
Budaya yang
bertujuan untuk melihat nilai-nilai yang dianut bersama-sama oleh setiap
orang dalam kesempatan dan kecenderungan bertahan sepanjang waktu walaupun
telah terjadi perubahan pada anggotanya untuk tetap menjaga ciri has dari
perusahaan tersebut. Tingkat yang lebih terikat mencoba menggambarkan pada pola
atau gaya perilaku suatu organisasi sehingga para karyawan secara
otomatis terdorong untuk mengikuti perilaku sejawatnya atau dengan kata lain
terdapatnya tindakan melakukan percontohan dari rekan sejawatnya.
Menurut Schein
(2008:131) bahwa budaya diungkapkan menjadi tiga tingkatan yaitu:
a. Artefak
Pada tingkat ini budaya
bersifat kasat mata tetapi sering kali tidak dapat diartikan, misalnya
lingkungan fisik organisasi, teknologi dan berpakain. Analisis tingkat ini
cukup rumit karena mudah diperoleh tetapi sulit ditafsirkan.
b. Nilai
Pada tingkat ini memiliki tingkat kesadaran yang
lebih tinggi daripada artefak. Nilai ini sulit diamati secara langsung sehingga
untuk menyimpulkannya seringkali diperlukan wawancara dengan anggota
organisasiyang mempunyai posisi fungsi atau menganalisis kandungan artefak
seperti dokumen.
c. Asumsi Dasar
Pada tingkatan ini merupakan bagian yang sangat
penting dari budaya organisasi, dimana budaya diterima begitu saja tidak dapat
dilihat secara mata telanjang (invbisible) dan tidak disadari. Asumsi
merupakan reaksi yang bermula sebagai nilai-nilai yang didukung.
2.1.5 Indikator Budaya Organisasi
Sedangkan Wirawan
(2007:129) menggambarkan bahwa pada dimensi budaya organisasi terdapat
indikator budaya organisasi sebagai berikut:
a.
Pelaksanaan nilai-nilai
Pedoman atau kepercayaan yang digunakan oleh
seseorang atau organisasi untuk bersikap jika berhadapan dengan situasi yang
harus membuat pilihan dalam mencapai tujuan organisasi.
b. Peraturan perilaku yang
menentukan respon karyawan mengenai apa yang dianggap tepat atau tidak tepat
dalam situasi tertentu.
c. Kepercayaan dan filsafat
Kepercayaan memberikan dasar nilai proses
perencanaan dan evaluasi pelaksanaan rencana organisasi. Filsafat merupakan
pendapat organisasi mengenai hakikat atau asensi sesuatu keuntungan,
lingkungan, atau pelanggan.
d. Pelaksanaan kode etik
Pernyataan formal atau tertulis nilai-nilai,
kepercayaan dan filsafat organisasi, apa yang diharapkan, dihindari serta boleh
atau dilarang untuk dilakukan anggota organisasi.
e.
Pelaksanaan seremoni
Aktivitas yang direncanakan, terperinci yang
mengonsolidasi berbagai bentuk budaya untuk meningkatkan dan memperkuat
nilai-nilai perusahaan.
f. Sejarah Organisasi
Formulasi perkembangan organisasi yang di
ingatkan dan di informasikan kepada seluruh anggota organisasi.
2.2 Disiplin Kerja
2.2.1 Defenisi Disiplin Kerja
Penegrtian disiplin
dapat diasumsikan sebagai suatu tatacara yang baik sebagai panutan karyawan
dalam bekerja. Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang
berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan
tabiat. Jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak
terhadap pekerjaan. Faktor kedisiplinan memegang peranan yang penting dalam
pelaksanaan kerja pegawai. Seseorang pegawai yang mempunyai tingkat
kedisiplinan yang tini akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi
oleh atasan. Seseorang pegawai yang disiplin tidak akan mencuri waktu kerja
untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan.
Demikian juga pegawai
yang mempunyai kedisiplinan akan menaati peraturan yang ada dalam lingkungan
kerja dengan kesadaran yang tinggi tanpa ada rasa paksaan. Pada akhirnya
pegawai yang mempunyai kedisiplinan kerja yang tinggi akan memepunyai kinerja
yang baik karena waktu kerja dimanfaatkannya sebaik mungkin untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.Dalam kehidupan
sehari-hari, dimana pun manusia berada, dibutuhkan peraturan-peraturan dan
ketentuan-ketentuan untuk mengatur dan membatasi setiap kegiatan dan
perilakunya. Agar setiap individu dapat menciptakan ketertipan dan bebas dari
segala kekacauan. Maka dari itu diperlukan adanya disiplin dalam sebuah
perusahaan agar tujuan dari perusahaan tersebut dapat tercapai.
Menurut Hasibuan
(2008:193) “ Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati
semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku”.
Menurut Mangkunegara
(2013:129) “Disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk
memperteguh pedoman-pedoman organisasi”.
Menurut Sutrisno
(2009:89) menyimpulkan bahwa disiplin karyawan adalah perilaku seseorang yang
sesuai dengan peraturan, prosedur kerja yang ada atau disiplin adalah sikap,
tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik
tertulis maupun tidak tertulis.
Sedangkan menurut
Simamora (2016:610) menyatakan bahwa:” Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi
atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin
merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan
menunjukan tinggkat kesungguhan tim kerja di dalamsuatu organisasi”.
Dari beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap dan perbuatan
dalam menaati semua pedoman dan peraturan yang telah ditentukan untuk
tercapainya. Dengan kata lain, disiplin adalah suatu bentuk pelatihan karyawan
yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan sikap dan perilku karyawan
sehingga perilaku karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja keras
secara kooperatif dengan karyawan lainnya, serta meningkatkan prestasi
kerjanya.
2.2.2 Jenis-jenis Disiplin Kerja
Disiplin merupakan
tindakan para manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi
tuntutan berbagai ketentuan tersebut.
Asmirasih menyatakan bahwa disiplin mempunyai 3 macam
bentuk,yaitu:
1. Disiplin Prefentif
Disiplin prefentif adalah tindakan SDM agar terdorong untuk
menaati standar atau perturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong SDEM agar
memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu
berat dengan pengawasan atau pemaksaan, yang dapat memetikan prakarsa atau
kreatifitas atau partisipasi SDM.
2. Disiplin korektif
mMerupakan sebuah tindakan yang dilakukan setelah terjadi
pelanggaran standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah
timbulnya pelanggaran lebih lanjut. Tindakan itu biasanya berupa hubungan
tertentu yang biasa disebut sebagai disipliner, antara lain beberapa
peringatan, skors, dan pemecatan.
3. Disiplin Progresif
Merupakan tindakan disipliner yang berulang kali berupa hukuman
yang makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa memperbaiki diri
sebelum hukuman berat dijatuhkan.
2.2.3 Memgatur dan mengelola disiplin
kerja
Setiap manajer harus dapat
memastikan bahwa karyawan tertib dalam tugas. Dalam konteks disiplin. Jika
karyawan menghadapi tantangan tindakan disipliner, pemberi kerja harus dapat
membuktikan bahwa karyawan yang terlihat dalam kelakuan yang tidak patut di
hukum.
Untuk mengelola disiplin
diperlukan standar disiplin yang digunakan untuk menemukan bahwa karyawan telah
diperlakukan secara wajar yaitu:
1. Standar disiplin
Beberapa standar disiplin berlaku bagi semua pelanggaran aturan apakah besar
atau kecil. Semua kegiatan disipliner perlu mengikuti prosedur minimum; aturan
komunikasi dan atturan capaian. Para manajer perlu mengumpulkan sejumlah bukti
untuk membenarkan disiplin. Bukti ini harus secara benar-benar didokumentasikan
sehingga tidak bisa untuk diperdebatkan. Sebagai suatu model bagaimana sebuah
disipliner harus di atur adalah:
a. Apabila seorang karyawan
melakukan suatu kesalahan, maka karyawan harus konsekuen terhadap aturan
pelanggan
b. Apabila tidak dilakukan
secara konsekuen berarti karyawan tersebut melecehkan peraturan yang telah ditetapkan.
c. Kedua hal diatas akan
berakibat pemutusan hubungan kerja dan karyawan harus menerima
hukuman tersebut.
2. Penegakan standar
disiplin
Jika pencatatan tidak adil menurut undang-undang atau pengecualian ketenaga
kerjaan sesuka hati. Untuk itu pengadilan memerlukan bukti dan pemberi kerja
untuk membuktikan sebelum karyawan ditindak.
Dari hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin
merupakan bentuk pengadilan diri karyawan, sebagai pelaksanaan yang teratur dan
menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja, di dalam sebuah organisasi dimana
tindakan disipliner.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Disiplin Kerja
Menurut
Sutrisno(2009:89) faktor yang mempengaruhi disiplin pegawai adalah:
1. Besar kecilnya pemberian
kompensasi
2. Ada tidaknya keteladanan
pimpinan dalam perusahaan
3. Ada tidaknya aturan
pasti yang dapat dijadikan pegangan
4. Keberanian pimpinan
dalam mengambil tindakan
5. Ada tidaknya pengawasan
pimpinan
6. Ada tidaknya perhatian
kepada karyawan
7. Diciptakan
kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.
2.2.5 Hubungan Antara Budaya Organisasi
dengan Disiplin Kerja
Seluruh sumber daya
manusia yang ada di perusahaan harus dapat memahami dengan benar mengenai
budaya organisasi dan disiplin kerja yang ada. Pemahaman ini sangat berkaitan
dengan setiap gerak langkah dari kegiatan yang dilakukan, baik perencanaan yang
bersifat strategis atau taktikal, maupun kegiatan dari implementasi perencanaan
dimana setiap kegiatan trsebut harus berdasarkan pada budaya organisasi dan
disiplin kerja yang berlaku.
Susanto (2010:24-25) “
budaya organisasi juga didefenisikan sebagai suatu nilai-nilai yang menjadi
pedomanan sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha
penyesuaian integritas ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota
harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak dan
bertingkah laku”. Jelas dikatakan oleh Susanto bahwa nilai-nilai dari budaya
organisasi dan bertingkah laku sesuai dengan asas yang telah ditetapkan oleh
perusahaan saling berkaitan, bertingkah laku dalam arti seprti mematuhi
peraturan dan kesadaran dalam menghadapi masalah dalam melaksanakan tugas yang telah
di pertanggung jawabkan kepada karyawan.
3. 1.1 PengertianProduktivitas
Tjutju Yuniarsih (2009:156) mengemukakan bahwa produktivitas kerja
dapat diartikan sebagai hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu
atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Dalam hal
ini, semakin tinggi produk yang dihasilkan dalam waktu yang semakin singkat
dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitasnya mempunyai nilai yang tinggi
begitupun sebaliknya.
Nawawi dalam Tjutju Yuniarsih (2009:157) mengemukakan bahwa
produktivitas kerja merupakan perbandingan antara hasil yang diperoleh (output)
dengan jumlah sumber daya yang dipergunakan sebagai masukan (input).
Adapun Nanang Fattah dalam Tjutju Yuniarsih (2009:157) menyimpulkan
bahwa dalam konsep produktivitas berkembang dari pengertian teknis sampai
kepada pengertian perilaku. Produktivitas dalam arti teknis mengacu pada
derajat keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan berbagai sumber daya,
sedangkan dalam pengertian perilaku, produktivitas merupakan sikap mental yang
senantiasa berusaha untuk terusber kembang.
Dengan demikian, secara umum produktivitas dapat dimaknai sebagai
nilai output dalam interaksi dan interelasinya dengan kesatuan
nilai-nilai input. Produktivitas kerja karyawan biasanya dinyatakan sebagai
imbangan hasil rata-rata yang dicapai oleh tenaga kerja, selama jam kerja yang
tersedia dalam proses produksi. Sehubungan dengan hal tersebut, konsep produktivitas
pada dasarnya mencakup sikap mental dan perilaku yang berorientasi pada perbaikan
berkelanjutan (continuous improvement), dan mempunyai pandangan bahwa kinerja
hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan kinerja hari esok mesti lebih baik
dari prestasi hari ini.
Produktivitas dapat diukur dengan dua standar utama, yaitu produktivitas
fisik dan produktivitas nilai. Produktivitas fisik diukur dari aspek kuantitas dan
kualitas produk yang dihasilkan, sedangkan produktivitas nilai diukur atas dasar
nilai-nilai kemampuan, sikap, perilaku, disiplin, motivasi, dan komitmen terhadap
pekerjaan. Oleh karena itu mengukur tingkat produktivitas tidaklah mudah,
disamping banyaknya variabel yang harusdiukur, jugaalatukur yang digunakannya sangat
bervariasi.
3.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Tjutju Yuniarsi (2009:159) mengelompokkan faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas dalam dua kelompok yaitu :
a. Faktor Internal
1.
Komitmen kuat terhadap visi dan
misi institusional
2.
Struktur dan desain pekerjaan
3.
Motivasi, disiplin, dan etos
kerja yang mendukung ketercapaian target
4.
Dukungan sumber daya yang bias
digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas
5.
Kebijakan perusahaan yang bias
merangsang kreativitas dan inovasi
6.
Perlakuan yang menyenangkan
yang bias diberikan oleh pimpinan dan / ataurekankerja
7.
Praktik manajemen yang
diterapkan oleh pimpinan
8.
Lingkungan kerja yang
ergonomis
9.
Kesesuaian antara tugas yang
diemban dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, minat, keahlian, dan keterampilan
yang dikuasai
10. Komunikasi inter dan antar individu dalam membangun kerja sama
b. Faktor Eksternal
1.
Peraturan perundangan,
kebijakan pemerintah, dan situasipolitis
2.
Kemitraan (networking)
yang dikembangkan
3.
Kultur dan mindset lingkungan
di sekitar organisasi
4.
Dukungan masyarakat dan stakeholders
secara keseluruhan
5.
Tingkat persaingan
6.
Dampak globalisasi
PRODUKTIVITAS
a.Efektivitas
b.Efisiensi
c.Inovasi
A.INDIVIDU
1.Komitmen
2.Loyalitas
3.Minat, motivasi, etoskerja
4.Disiplin
5.LatarBelakang
6.Keterampilan, kemampuan
7.Kepribadian (personality)
Keteranagn
|
Skor
|
Sangat
Setuju (SS)
|
5
|
Setuju
(S)
|
4
|
Ragu-ragu
(RG)
|
3
|
Tidak
Setuju (TS)
|
2
|
Sangat
Tidak Setuju (STS)
|
1
|
Jumlah pertanyaan
terdiri dari 15 item dengan perincian:
1. Pertanyaan untuk
Budaya Organisasi sebanyak 5 item
2. Pertanyaan untuk
Disiplin kerja sebanyak 5 item
3. Pertanyaan untuk
Kinerja Karyawan sebanyak 5 item
Kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini disesuaikan dengan indikator-indikator tiap variabel
penelitian yang dirumuskan dengan lay out sebagai berikut:
3.5
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk besarnya hubungan dan pengaruh
variabel independen yang jumlahnya dua atau lebih (X1,X2)
terhadap variabel dependen. Untuk mengukur pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat digunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan
perangkat lunak SPSS dengan rumus:
Y = a + b1X1 + b2X2 +
e
Keterangan:
Y
=Produktivitas Kerja Pegawai
a
=Konstanta
b
=Koefisien Regresi
X1
=Budaya Organisasi
X2
=Disiplin Kerja
E
=Faktor lain
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk
mengetahui kondisi data yang ada agar dapat menentukan model analisis yang
tepat.
1. Uji Normalitas
Penelitian ini melakukan uji normalitas dan
dilanjutkan dengan menganalisis data dengan analisis jalur (part analisis)
dengan menggunakan bantuan program SPSS. Uji normalitas bertujuan untuk melihat
apakah nilai residual normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki nilai distribusi yang normal dilihat dari Kolmogrov>
0,05, atau dapat juga dengan melihat nilai Z penelitian. Dimana jika Z
penelitian < 1.97 maka data dikatakan berdistribusi normal. digunakan untuk
menguji apakah data yang akan digunakan dalam model regresi berdistribusi
normal atau tidak,(Ghozali, 2011).
2.
Uji Multikolineritas
Uji multikoneritas bertujuan apakah model
regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel
ndevenden. Untuk mengetahui apakah ada kolerasi diantara variabel indevenden
dapat diketahui dengan melihat dari nilaiTolerancadan Variance
InfitionFactor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas
yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya. Jadi nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF yang sangat tinggi dan menunjukkan adanya
kolineritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai
adalah tolerance 0,10 atau sama dengan tolerance diatas 10. Setiap peneliti
harus menentukan tingkat kolineritas yang masih dapat diterima.
3.
Uji Heteroskedasitas
Pengujian
ini dimaksudkan untuk melihat jarak kuadrat titik-titik sebaran terhadap garis
regresi. Uji heteroskedasitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat (ZEPRED) dengan residualnya (SRESID), ada tidaknya
heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatter plot antara ZEPRED dengan SRESID dimana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual. Dan
analisisnya dalah sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar, kemudian
menyempit), maka mengidentifikasikan telas terjadi heteroskedasitas.
b. Jika tidak ada pola yang jalas, serta
titik-titik yang menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu, maka tidak
terjadi heteroskedasitas.
3.5.2 Uji
Hipotesiss
1. Uji
Signifikan Secara Parsial
Uji-t dilakukan untuk mengetahui signifikan
pengaruh dari masing-masing dimensi variabel bebas terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya adalah sebagai
berikut:
a. Ho : b1,b2 = 0 ( tidak dapat
pengaruh yang signifikan dari masing-masing dimensi variabel bebas terhadap
variabel terikat)
b. Ha : b1,b2 # 0 (terdapat pengaruh
yang signifikan dari masing-masing dimensi variabel bebas terhadap
variabel terikat).
1. Uji
Signifikan Secara Simultan (Uji-F)
Untuk
menguji signifikan pengaruh dimensi variabel bebas secara serentak terhadap
variabel terikat dilakukan dengan uji-F. Bentuk pengujiannya adalah sebagai
berikut:
a. Ho : b1,b2 = 0 (tidak terdapat
pengaruh yang signifikan secara serempak dari variabel bebas terhadap variabel
terikat).
b. Ha : b1,b 2 # 0 (terdapat
pengaruh yang signifikan secara serempak dari variabel bebas terhadap variabel
terikat).
Untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak dilakukan
dengan cara membandingkan nilai F tabel pada tingkat kepercayaan
95% (α = 0,05). Jika nilai F hitung> F tabel maka
Ho ditolak dan Ha diterima sedangkan nilai F hitung ≤
F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar